Menunggu terkadang menyebalkan, tapi darimana kita belajar
sabar jika tak pernah merasakan menunggu sesuatu?. Pengumuman tes PLN
selanjutnya untuk kali ini terasa lama, atau memang lama sih. Setelah selesai
psikotes pada tanggal 3 April, pengumuman dijanjikan sekitar 2 minggu, seingat
saya. Namun setelah 2 minggu berlalu, pengumuman yang ditunggu tak kunjung
muncul. Sedikit resah, namun berharap besar. Berharap tentu harus, namun harus
siap jika terjatuh. Akhirnya yang ditunggu menampakkan diri. Berawal dari pesan
singkat kawan saya, bertuliskan “Alhamdullilah”, saya terkejut dan dengan
tangan gemetar (apasih lebay) saya segera membuka website rekrutmen. Dan
ternyata benar, saya masih lanjut, masih diberi keberuntungan. Alhamdullilah.
Psikotes telah berlalu, maka saya harus bersiap untuk ujian
selanjutnya. Proses seleksi berikutnya yakni tes fisik, iya, tes fisik. Kami
harus melakukan lari 12 km, push up 100 kali, sit up 100 kali, pull up 20 kali,
berenang 200 meter, tapi itu hanya dalam khayalan saya, ehe. Kenyataannya, tes
fisik PLN cenderung santai dan masih bisa kita persiapkan sebelum hari
pelaksanaan. Tes fisik PLN rekrutmen Jogjakarta dilakukan di Laboratorium
Klinik Pramita, kebetulan saya mendapat jadwal hari Rabu, 26 April 2017, pukul
10.00. Seperti pengumuman tes pada tahap – tahap sebelumnya, perhatikan
instruksi yang diberikan agar tidak terjadi kesalahan pada hari pelaksanaan.
Pada tes fisik ini, peserta diwajibkan mengisi formulir anamnesa (terlampir
pada pengumuman) yang harus diberikan pada petugas laboratorium.
Pengumuman Tes Fisik |
Tes fisik PLN pada rekrutmen ini berupa pengecekan tekanan
darah (tensi), tes buta warna, berat badan dan tinggi badan, lingkar perut /
lingkar pinggang, tes mata (minus), tes keseimbangan, tes ambeien dan tes
khusus bagi pengguna kacamata. Tekanan darah sebisa mungkin normal (120/80 atau
110/90) , jangan sampai darah tinggi atau darah rendah. Perhatikan pola makan
dan jangan lupa olahraga, jangan puasa ketika tes fisik ini karena takutnya
terjadi tensi rendah. Seharusnya jika tubuh kita sehat maka tensinya normal.
Tes buta warna seperti pada umumnya, kita diberi sebuah buku yang terdapat pola
pola warna dan kita diminta untuk menyebutkan angka yang nampak. Berat badan,
tinggi badan dan lingkar perut sebisa mungkin diperhatikan, jika merasa
kegemukan mungkin bisa melakukan diet sebelum hari H, jika terlalu kurus maka
porsi makan wajib ditambah. Standar yang diberikan PLN saya lupa, tapi sebagai
perbandingan, tinggi saya 170 cm, berat 63 kg dan lingkar pinggang saya lupa.
Hehe.
Selanjutnya tes mata, setiap perserta diminta untuk berdiri
sejauh 4 / 5 meter untuk kemudian membaca poster yang berisi huruf dengan
berbagai ukuran. Mata kanan dan mata kiri bergantian melihat poster tersebut,
ketika menutup mata dengan tangan, jangan memejamkan mata, cukup ditutupi saja.
Sehingga ketika mata dibuka tidak terjadi buram / berbayang. Setelah tes mata,
peserta masuk ke tes keseimbangan. Peserta diminta untuk memejamkan mata,
kemudian merentangkan kedua tangan dan mengangkat satu kaki. Pertahankan
keseimbangan selama 30 detik. Setelah itu, peserta diminta untuk membungkuk,
satu tangan di lantai dan kemudian diputar. Berputar – putar kemudian membuka
mata, dan diminta untuk berjalan mengikuti garis lurus. Saran saya, coba
praktekan dulu dirumah, ternyata tidka mudah lho, ehe.
Proses tes fisik terakhir yang paling mendebarkan adalah tes
ambeien. PLN tidak menginginkan pegawainya memiliki ambeien karena berpotensi
mengganggu kinerja, sehingga jika sempat, mungkin kita bisa mengeceknya di
dokter terlebih dulu. Nah, pada tes fisik ini, tersedia dokter wanita dan
dokter pria, tinggal pilih ingin diperiksa oleh siapa. Kebetulan saya mendapat
dokter pria, kemudian saya masuk ke ruangan dokter tersebut. Dokternya ramah,
kami mengobrol sebentar dan kemudian dokter menyuruh saya berdiri menghadap
dinding. Kemudian saya disuruh membungkuk / menungging dan disuruh menurunkan
celana. Tenang, ini bukan pemerkosaan atau pelecehan, sang dokter hanya ingin
melihat lubang anus kita. Hahaha, tes ambeien memang membutuhkan keberanian
yang tinggi bro, kita harus siap “ditusbol”, karena memang begitulah
prosedurnya. Hanya 5 menit kok, tapi rasanya sampai pulang bakal masih terasa.
Ehe
Proses tes fisik pada akhirnya berlangsung selama 3 jam, karena
antrian yang cukup panjang dan disela dengan solat dhuhur. Lebih baik datang
seawal mungkin karena sistemnya menggunakan nomor antrian, makin cepat datang
maka semakin cepat selesai pula. Jangan lupa membawa persyaratan yang
dibutuhkan dan sebisa mungkin jaga kesehatan. Jika sempat bisa pergi ke dokter
untuk mengecek kondisi kesehatan terkini. Oiya, dari 942 peserta yang lulus
psikotes, yang berhasil masuk ke tahap tes fisik ini berjumlah 663 peserta.
Pengumuman tes fisik ini dijanjikan akan keluar dalam 3 hari. Mari berharap.
Komentar
Posting Komentar