"Segala sesuatu membutuhkan proses, mulai dari nol hingga tak terhingga, mulai dari langkah pertama hingga banyak langkah."
Menurut saya, Gunung Ungaran merupakan sebuah gunung yang
tepat bagi kita (baca : pendaki) untuk memulai langkah pertama. Selain jarak
tempuh yang tidak terlalu lama dan tidak terlampau jauh, Gunung Ungaran telah
‘menyiapkan’ berbagai variasi medan yang akan memaksa tubuh untuk beradaptasi
dan menjadi terbiasa. Dan tentunya bonus pemandangan alam khas area pegunungan
yang akan menyegarkan mata, pikiran dan hati.
Gunung Ungaran berada di Kabupaten Semarang – Kabupaten
Kendal. Memiliki 3 jalur pendakian yang dapat dipilih sesuai selera yakni :
- Jalur Pos Mawar (Jimbaran)
- Jalur Candi Gedong Songo
- Jalur Gonoharjo – Medini
Pada tulisan ini, saya akan membahas Jalur Gonoharjo –
Medini terlebih dahulu.
Jalur Gonoharjo – Medini merupakan jalur pendakian yang
masuk wilayah administratif Kabupaten Kendal. Merupakan sebuah wilayah
perkampungan yang didominasi persawahan, perkebunan dan area wisata. Untuk
mencapai jalur ini ada beberapa cara (dengan asumsi menggunakan kendaraan
pribadi)
- Jika dari arah Solo atau Jogja, jika telah sampai daerah Ungaran, perhatikan rambu penunjuk jalan. Pastikan anda belok ke arah kiri menuju daerah ‘Gunung Pati’. Jalan menuju daerah Gunung Pati terdapat di depan RSUD Ungaran. Dari arah Gunung Pati jalan terus, hingga mencapai Terminal Cangkiran.
- Jika dari arah Semarang, arahkan kendaraan anda menuju daerah ‘Boja’. Perhatikan rambu penunjuk jalan. Jika telah menemui Terminal Cangkiran, maka pastikan anda berbelok kiri. Karena jalan menuju ‘Gonoharjo’ berada persis di samping terminal Cangkiran.
Jika sudah sampai di daerah Gonoharjo (merupakan area
wisata, dikenal juga dengan nama ‘Nglimut), anda dapat memarkirkan kendaraan
anda di area parkir atau tetap memacu kendaraan anda ke arah Desa Medini. Jika
anda membawa mobil, gunakan Jalan Promasan untuk sampai ke Desa Medini. Trek
Gonoharjo ke Desa Medini terbuat dari makadam (batu kali yang disusun serapi
mungkin), naik dan turun, dengan waktu tempuh 30 – 60 menit. Pastikan kendaraan
dalam kondisi sehat, karena sesungguhnya akan sangat menyusahkan apabila
kendaraan anda rewel di tengah jalan. Percayalah J.
Apabila berhasil, maka anda akan sampai di pos penjagaan,
dimana anda harus lapor dan membayar retribusi ( sekitar Rp 3.000 ). Dan selang
5 menit dari Pos Jaga, setelah jalan yang menanjak, maka anda telah sampai di
Desa Medini. Sebuah desa kecil yang sederhana, di tengah hamparan kebun teh dan
sejuknya hawa khas dataran tinggi.
Anda dapat beristirahat atau memesan makanan di basecamp,
yang terletak di belakang masjid Medini. Jika akhir pekan, banyak pengunjung
yang datang ke Medini. Entah untuk camping ceria, jalan – jalan santai atau
sekedar menikmati hawa segar tanpa polusi di pedesaan. Jadi jangan takut
kelaparan karena banyak warung dan pedagang jajanan yang mangkal disini.
Jika anda akan membawa kendaraan anda ke Promasan, ikuti
saja jalan makadam yang telah tersusun rapi. Tapi sekali lagi, pastikan
kendaraan anda sehat dan kuat, pastikan pula pantat dan kaki anda dalam kondisi
terbaik. Jarak tempuh sekitar 1 jam dengan melewati areal perkebunan teh.
Jika anda berjalan kaki, maka ada dua rute yang dapat ditempuh.
Yakni mengikuti jalan kendaraan atau melewati jalan setapak. Saya biasanya
menggunakan jalan setapak yang memotong bukit dan masuk ke hutan karena lebih
menyenangkan untuk keadaan kaki dan waktu tempuh yang tidak terlalu lama,
sekitar 1 – 2 jam saja.
Oke, ketika itu saya, bersama beberapa kawan (sekitar 5
orang), memulai perjalanan dari Medini pada 13.00. Perjalanan diawali dengan
menyusuri jalan makadam di tengah – tengah perkebunan teh, jalan ini berada
persis di depan masjid Medini. Sekitar 20 menit berjalan, terdapat percabangan
jalan. Sebelah kiri berupa jalan tanah menuju arah hutan dan sebelah kanan
berupa lanjutan jalur makadam. Sudah tersedia patok penunjuk jalan, sehingga
petunjuknya jelas.
"Jalur Makadam di Antara Pohon Teh" |
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati area hutan, dimana
kondisi masih cukup rimbun dan melewati aliran sungai kecil yang cukup deras
airnya. Mulai dari sini perjalanan akan cukup menanjak, tapi tidak terlalu
sadis kok. Perjalanan menembus hutan dengan berbagai varian tanjakan akan
memakan waktu sekitar 30 – 45 menit saja. Tergantung banyak sedikitnya
beristirahat tentunya, he he he.
Menikmati perjalanan merupakan salah satu cara melupakan
rasa lelah. Setelah berhasil menembus hutan dan mendaki bukit, maka kita akan
kembali berada di areal perkebunan teh. Perjalanan akan kembali ke jalur
makadam keras. Jika menemukan percabangan jalan, ambil ke arah kiri. Iya, kiri.
Nah, cukup mengikuti jalur berbatu tajam ini selama 30 menit
maka kita akan sampai di Promasan. Sebuah perkampungan di tengah perkebunan
teh, berada di lembah dan hanya ditinggali tidak lebih dari 30 KK. Promasan
merupakan sebuah pemukiman bagi Bapak / Ibu pemetik daun teh, dimana kampung
ini sudah berdiri cukup lama (dari masa penjajahan Belanda-Jepang). Promasan
memiliki masjid dan sarana MCK yang dapat digunakan oleh pengunjung, jika ingin
memesan makanan dapat mengunjungi Basecamp Pak Min.
Promasan – Puncak Ungaran
Seingat saya, pukul 15.00 kami sudah berada di Promasan dan
siap untuk melanjutkan perjalanan ke puncak, karena memang pada saat itu
rencana kami adalah mendirikan tenda di sekitar puncak. Namun di lain
kesempatan, saya pernah menginap di rumah warga (membayar 3.000 per orang) dan
melakukan summit sekitar jam 3 pagi. Atau dapat juga mendirikan tenda di area
kampung, karena banyak spot yang bisa digunakan.
Oke, kembali ke rencana.
Kami memutuskan untuk segera berjalan, agar kami telah
mendirikan tenda ketika gelap datang. Kembali saja langkah kaki kami menapaki
susunan batu kali yang terpasang sedemikian rupa. Sekitar 10 menit berjalan,
terdapat pertigaan jalan, yang merupakan pertemuan dengan jalur via Pos Mawar.
Dari pertigaan, kami berbelok ke arah kanan, yang tentu saja menuju puncak.
Selang beberapa saat, sesuai papan penunjuk arah, kami berbelok kiri. Mulai
dari titik ini, perjalanan penuh keringat akan segera dimulai.
Jalan menanjak beralaskan tanah coklat yang cukup lembut,
dengan naungan pohon – pohon rindang berhiaskan semak dan ilalang. Semakin ke
atas, vegetasi akan semakin rimbun, semakin asyik dan semakin tenang. Tak jarang
pula sekawanan monyet akan muncul di atas pohon. Tak jarang pula beberapa
batang pohon yang tumbang melintang di jalur pendakian. Setelah berjalan selama
60 - 90 menit, vegetasi akan mulai berkurang dan batu – batu kerikil akan
menjadi alas pijakan. Tidak ada pos – pos pendakian, tapi ada beberapa spot
yang bisa dijadikan peristirahatan.
"Pemandangan dari Tebing Tinggi" |
Pandangan akan mulai terbuka ketika kita telah sampai di
sebuah tebing tinggi, dimana panorama akan membuat anda untuk duduk sejenak dan
terpesona. Mulai dari sini, rumput ilalang akan mendominasi dan pendakian akan
segera usai. Tepat setelah tebing tinggi, terdapat sebuah tanjakan berbatu yang
cukup menantang, dan kami panjat batu batu tersebut. Sesampainya diatas, kita
masih akan melewati 2 – 3 tanjakan lagi sebelum bertemu dengan Puncak Ungaran.
Jika sudah terlihat dua bukit berdampingan dengan rerimbunan pohon di antara
keduanya, maka puncak sudah dekat.
"Rerimbunan Pohon di Antara Dua Bukit" |
PUNCAK
Selamat ! Sekitar pukul 17.00 atau menjelang senja, kami
berhasil berdiri di Puncak Gunung Ungaran. Lelah tentu saja, baju basah terkena
keringat menjadi lebih dingin terkena angin semilir. Kebetulan tidak ada
pendaki lain di atas sini sehingga kami masih leluasa untuk menentukan tempat
mendirikan tenda. Segera saja tenda berdiri dan sambil mengisi tenaga, kami
menunggu malam. Kala matahari terbenam, makan malam dan minuman hangat segera
disajikan untuk mengisi perut yang berbunyi. Jika kondisi cerah, kerlip bintang
dan cahaya bulan sudah cukup untuk menerangi malam. Ditambah pancaran lampu
kota Semarang, Ungaran dan Salatiga yang terlihat di kejauhan. Tentu saja, hawa
dingin dan angin malam akan menjadi teman malam ini.
Kebetulan, kami mendirikan tenda di puncak, sehingga ketika
sang surya mulai nampak, kami hanya perlu keluar dari tenda dan berdiri tepat
di arah matahari muncul. Jika cuaca cerah, sunrise di Puncak Ungaran amat jelas,
ditambah bonus pemandangan Rawa Pening dan bentangan alam gunung Ungaran di
sisi lain. Mengisi pagi hari yang cerah, sarapan dan minuman hangat menemani
kami. Pukul 08.00 cuaca sudah mulai panas, waktunya untuk berkemas kemas. Kami
akan turun menggunakan jalan yang kami lalui kemarin, sehingga akan bertemu
dengan trek yang sama lagi. Waktu tempuh perjalanan pulang, biasanya akan lebih
cepat dari waktu berangkat.
"Sunrise Ungaran" |
Alhamdullilah.
Kesimpulan
- Jika ingin melewati jalur ini, lebih baik jika membawa kendaraan pribadi sehingga memudahkan dalam mobilitas.
- Jika ingin berkemah, di Medini atau Promasan banyak spot yang bisa digunakan. Atau langsung jalan ke puncak.
- Total perjalanan dari medini sampai puncak sekitar 4 jam (jalan santai).
- Cocok untuk pendaki yang sedang dalam masa pertumbuhan, ehe.
Komentar
Posting Komentar